BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1. Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan manusia.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1. Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Latar belakang diberikan IBD di perguruan
tinggi.
- Pengertian IBD.
- Perbedaan IBD dengan ilmu-ilmu
sosial yang lain.
- Tujuan mata kuliah IBD.
- Ruang lingkup IBD
- Pengertian Manusia.
- Hakikat manusia.
- Kebudayaan bangsa timur.
- Pengertian kebudayaan.
- Unsur-unsur kebudayaan.
- Orientasi nilai budaya.
- Perubahan Budaya.
- Kaitan manusia dan kebudayaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 LATAR BELAKANG ILMU BUDAYA DASAR
Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai sistem pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. Sistem pendidikan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai sekarang, sistem pendidikan yang terkotak-kotak telah menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu. Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan sarjana yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya, dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya. Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul dalam lingkungan masyarakat.[2]
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas :
· Kemampuan akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis, sistematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatife pemecahannya.
· Kemampuan profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
· Kemampuan personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia.
Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahannya sebgai berikut :
· Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
· Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh hubungan interaksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
· Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Latar belakang ilmu budaya dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah cendikiawan mengenai sistem pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan sistem pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. Sistem pendidikan tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi yang diajukan oleh Conrad Theodore Van Deventer. Adapun tujuannya adalah menghasilkan tenaga terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik,dan keahlian lain demi kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan Negara kita.
Sampai sekarang, sistem pendidikan yang terkotak-kotak telah menghasilkan banyak tenaga ahli yang berpengalaman dalam disiplin ilmu tertentu. Padahal pendidikan itu seharusnya lebih ditujukan untuk menciptakan kaum cendikiawan daripada mencetak tenaga yang terampil. Para lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat berperan sebagai sumber utama bagi pembangunan Negara secara menyeluruh. Dari mereka diharapkan adanya sumbangan ide bagi pemecahan masalah social masyarakat yang sangat kompleks dan berkaitan satu dan lain, dan juga dalam masalah budaya. Sehingga perguruan tinggi Indonesia mampu menghasilkan sarjana yang tidak asing dengan kehidupan masyarakat serta gejolak perkembangan dan kebutuhannya, dan juga mengenali dimensi lain di luar disiplin ilmunya. Sebagai ikhtisar untuk tujuan itu, Ilmu Budaya Dasar diberikan sebagai pelengkap pembentukan sarjana, yang mampu memecahkan permasalahan yang timbul dalam lingkungan masyarakat.[2]
Latar belakang diberikannya IBD selain melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di Perguruan Tinggi dalam rangka menyempurnakan pembentukan sarjana. Perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas :
· Kemampuan akademis yang merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berfikir logis, kritis, sistematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatife pemecahannya.
· Kemampuan profesional yang merupakan kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
· Kemampuan personal yang merupakan kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan peka terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia.
Adapun latar belakang diberikannya mata kuliah IBD dalam konteks budaya, Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahannya sebgai berikut :
· Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
· Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat yang menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya dan sikap yang mengubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas social, yang diikuti oleh hubungan interaksi yang bergeser dalam kelompok masyarakat. Sementara ini, terjadi juga penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahamai bila penggeseran nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan berbangsa.
· Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antarsuku maupun dengan kebudayaan dari luar. Terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing bukan hanya menyebabkan intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
2.2 PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
“Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya.[1]
Definisi tentang pengetahuan budaya : “Pengetahuan Budaya (the humanities) adalah pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni music, seni rupa dan lain-lain. Dengan demikian disini jelas dapat dibandingkan antara pengertian the humanities (Ilmu Budaya Dasar) dengan Culture (Kebudayaan). The Humanities atau Humaniora itu menurut L.Wilardjo adalah : sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap sesamanya. Jadi Humaniora ini dilihat dari definisi L.Wilarjo sebagai seperangkat sikap dan perilaku manusia.
Sedangkan kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin: “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Ditinjau dari bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Menurut Dawson dalam bukunya “Age Of The Gods”, kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common way of life). Sedangkan menurut E.B Taylor dalam bukunya: “Primitive Culture” kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dan Dr.Moh.Hatta mengatakan kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Sepintas definisi-difinisi tersebut kelihatan berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa : Kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
2.3 Perbedaan
IBD dengan ilmu-ilmu sosial yang lain.
Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar (ISBD) adalah cabang ilmu pengetahuan yang merupakan integrasi
dari dua ilmulainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi
(sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu cabang
dari ilmu sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang
ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi
masalah-masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam
pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.
Secara umum
dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar merupakan pengetahuan yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia
dan kebudayaan.Istilah ISBD dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai
pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris
“the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa
latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the
humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang
akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai
manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak
meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itusendiri.
1. Ilmu-ilmu
Alamiah ( natural science )
Ilmu ilmu
alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam
semesta.Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah.Caranya ialah dengan
menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat
analisis untuk menentukan suatu kualitas.Hasil analisis itu kemudian
digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi .Hasil penelitiannya 100
% benar dan 100 % salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain
ialah astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran, mekanika.
2. Ilmu-ilmu
Sosial ( social science )
Ilmu-ilmu
sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam
hubungan antar manusia.Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai
pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hash penelitiannya tidak mungkin 100 %
benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan
antar manusia itu tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok
ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi,
psikologi, antropologi sosial, sosiologi hukum, dsb.
3. Pengetahuan
budaya ( the humanities )
Pengetahuan
budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang
bersifat manusiawi.Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristiwa dan pemyataan-pemyataan yang bersifat unik, kemudian diberi
arti.Peristiwa-peristiwa dan pemyatan-pemyataan itu pada umumnya terdapat dalam
tulisan-tulisan., Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah,
hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan
budaya ( The Humanities ) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup kcahlian
(disiplin) scni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam
berbagai bidang kcahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll.
Sedang Ilmu Budaya Dasat ( Basic Humanities ) adalah usaha yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan
perkataan lain Ilmu Budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal
dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran
dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya
dasar berbeda dengan pengetahuan budaya.Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris
disebut dengan Basic Humanities.Pengetahuan budaya dalam bahasa inggris disebut
dengan istilah the humanities.pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai
manusia sebagai mahluk betbudaya ( homo humanus ), sedangkan Ilmu budaya dasar
bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
manusia dan budaya.
Tujuan Ilmu
Sosial Dasar
Sebagai salah
satu dari Mata Kuliah Dasar Umum, Ilmu Sosial Dasar mempunyai tujuan pembinaan
mahasiswa agar :
a. Memahami dan
menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada
dalam masyarakat.
b. Peka
terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam
usaha-usahamenanggulanginya.
c. Menyadari
bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat
kompleks dan hanya dapat mendekatinya mempelajarinya) secara
kritis-interdisipliner.
d. memahami jalan
pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi
dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam
masyarakat.
Pengertian Ilmu
Budaya Dasar
Ilmu Budaya
Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
jadi ilmu
budaya dasar mempelajari tentang masalah manusia yang berkaitan dengan budaya
dan dasar-dasarnya , sedangkan ilmu pengetahuan sosial mempelajari tentang
masalah manusia dengan lingkungan sosialnya.
Tujuan Ilmu
Budaya Dasar
Penyajian mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan
demikian jelaslah bahwa mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk
mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam
pengetahuan budaya (the humanities).akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata
sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cam
memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap nilai-nilai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang
menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa
menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat :
1. Mengusahakan
penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang bane, terutama untuk kepentingan
profesi mereka
2. Memberi
kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemánusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap
persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan
agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam
bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan
pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup
pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang
berpandangan kurang luas.kedaerahan dan pengkotakan disiplin ilmu yang ketat.
2.4 Tujuan
mata kuliah IBD.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1. Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan manusia.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata kuliah dasar umum (MKDU) diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa di seluruh perguruan tinggi negeri atau swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi, penalaran, dan apresiasi terhadap lingkungan budaya. Hal ini penting disebabkan oleh dua hal:
1. Tema-tema ilmu budaya dasar merupakan tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorium Antar-Bidang Depdikbud yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab dan keadilan, kegelisahan, dan harapan.
2. Pada zaman sekarang terdapat kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuan sering mengabaikan masalah sikap dan perilaku moralnya sendiri terhadap sesama manusia. Yang ada dalam pikiran ilmuan adalah menguak tabir aspek ontologis dan epistemologis demi mencapai kelezatan hidup materialnya saja. Ilmuwan dalam menerapkan ilmunya (segi aksiologisnya) sering mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak “halus”. Padahal, pembangunan nasional itu pada hakikatnya adalah pembangunan manusia.
2.5 RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan di atas, ada dua masalah yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut ialah :
· Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanitie), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
· Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, social dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka.
Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek akan tetapi sekaligus objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan di atas, ada dua masalah yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Kedua masalah tersebut ialah :
· Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanitie), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
· Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, social dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka.
Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut di atas, Nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subjek akan tetapi sekaligus objek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
Akhirnya pada tahun 1982 Konsorsium
menurunkan rumusan terbaru sebagai berikut:
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua maslah pokok tersebut di atas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan ke dalam satu tema, yaitu menusia sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut ke dalam delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu :
1. Manusia dan cinta kasih
- Cinta antara pria dan wanita
- Kekeluargaan
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua maslah pokok tersebut di atas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan ke dalam satu tema, yaitu menusia sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut ke dalam delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu :
1. Manusia dan cinta kasih
- Cinta antara pria dan wanita
- Kekeluargaan
-
Persaudaraan
2. Manusia dan keindahan
- Kontemplasi
- Ekstasi
3. Manusia dan penderitaan
- Nasib buruk
- Penyesalan
- Kehilangan yang dicintai
4. Manusia dan keadilan
- Rasa keadilan
- Perlakuan yang adil
5. Manusia dan pandangan hidup
- Cita-cita
- Kebajikan
6. Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
- Kesadaran
- Kewajiban
- Pengorbanan
7. Manusia dan kegelisahan
- Keterasingan
- Kesepian
- Ketidakpastian
8. Manusia dan harapan
- Kepercayaan diri
- Gairah mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas nempak sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas dari masalah-masalah manusia dan kebudayannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut di atas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji dengan Ilmu Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang pengetahuan budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra, tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan untuk menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup manusia.
Di samping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan semacam itu diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.
2. Manusia dan keindahan
- Kontemplasi
- Ekstasi
3. Manusia dan penderitaan
- Nasib buruk
- Penyesalan
- Kehilangan yang dicintai
4. Manusia dan keadilan
- Rasa keadilan
- Perlakuan yang adil
5. Manusia dan pandangan hidup
- Cita-cita
- Kebajikan
6. Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
- Kesadaran
- Kewajiban
- Pengorbanan
7. Manusia dan kegelisahan
- Keterasingan
- Kesepian
- Ketidakpastian
8. Manusia dan harapan
- Kepercayaan diri
- Gairah mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas nempak sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya Dasar memang tidak terlepas dari masalah-masalah manusia dan kebudayannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut di atas pada dasarnya termasuk dalam karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji dengan Ilmu Budaya Dasar, bisa digunakan cabang-cabang pengetahuan budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara berbagai bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra, tarian, music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk itu poko bahasan mengenai manusia dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar mahasiswa lebih mudah mengidentifikasikan dengan masalah yang dibahas dan untuk menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup manusia.
Di samping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan norma-norma yang membantu pendidikan. Walaupun penyusunan semacam itu diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih terbuka kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.
2.6 PENGERTIAN MANUSIA
1. Pengertian
manusia secara umum
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda
dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin
yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang,
dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam
antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan
jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir
entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan
laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan
perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari
janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan
(orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang
lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung;
tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ,
warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga
dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman;
musuh) dan lain sebagainya.
2. Pengertian
Manusia Menurut Para Ahli
Pengertian
Manusia – Sebagai seorang manusia, kita sudah sepantasnya memahami apa itu arti
manusia yang sesungguhnya. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak sekali orang
yang tidak memahami makna dan arti kata manusia.
Nah, untuk
membantu mempelajari makna dan arti kata manusia yang sebenarnya, kita dapat
menggunakan beberapa pendapat para ahli mengenai defenisi kata manusia berikut
ini :
Beberapa
Pengertian Manusia menurut Para Ahli
Paula J. C.
& Janet W. K.
Menurut Paula
J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih
makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan,
yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar
sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
Omar Mohammad
Al – Toumi Al – Syaibany
Menurut Omar
Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah makhluk yang
mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia merupakan
makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir /
akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Kees Bertens
Menurut Kees
Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang satuannya
tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
Upanisads
Menurut
Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan
seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
Nicolaus D.
& A. Sudiarja
Menurut
Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal.
Manusia disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani, sedangkan
disebut tunggal karena hanya berupa satu benda / barang saja.
Abineno J. I
Menurut Abineno
J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa / berjiwa” dan bukan
“jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh / badan
yang fana / tidak nyata”.
Sokrates
Menurut
Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang memiliki dua kaki, yang
tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.
I Wayan Watra
Menurut I Wayan
Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang menganut trias dinamika
yaitu cipta, karsa, dan rasa.
Erbe Sentanu
Menurut Erbe
Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya yang diciptakan oleh Tuhan.
Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna
jika dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.
Agung. P. P.
Menurut Agung
P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya.
2.7 HAKIKAT MANUSIA
Manusia
adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan orang lain. Dia tidak bisa hidup sendirian. Bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu
dia harus selalu berbuat baik kepada siapapun.
Akan tetapi
manusia itu juga pengertian yang berbeda. Manusia menurut beberapa tokoh atau
teori sangatlah bervariasi. Menurut Notonagoro, manusia adalah makhluk
monopluralis, artinya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara jiwa dan raga. Dalam arti ini, aspek jiwanya meliputi cipta, rasa dan
karsa.
Manusia selalu
punya keinginan, harapan, cita-cita dan
perasaan yang berbeda. Keinginan dan harapan serta cita-cita tak lepas karena
manusia punya jiwa yang optimis. Jiwa yang selalu berpandangan positif akan
masa depannya.
Lain lagi
dengan teori Evolusi Darwin yang berpendapat bahwa manusia dipandang secara
jasmani yaitu manusia berasal dari evolusi hewan bertulang belakang. Aspek jiwa
menurut teori ini adalah dilihat dari fungsi otak manusia itu sendiri.
Teori evolusi
Darwin sendiri sudah tidak banyak yang mempergunakannya. Perubahan dari kera ke
wujud manusia seperti sekarang sudah ditinggalkan.
Menurut Warner
yang mempelopori Psikoanalitik Tradisional berpendapat bahwa manusia berbuat
karena dorongan yang bersifat instingtif. Insting manusia bisa berubah karena
kemajuan pendidikan atau pengetahuannya.
Menurut Sigmund
Freud, struktur kepribadian manusia meliputi:
1). Id yaitu
dorongan biologis. Dalam Id terdapat potensi yang terbawa sejak lahir, insting-
insting dan nafsu primer, sumber energy psikis yang memberi daya pada ego dan
superego untuk menjalankan fungsinya. Id yang terletak di alam tak sadar
manusia, berlaku prinsip kenikmatan berorientasi pada kenikmatan dan menuntut
pemuasannya dan menghindari hal- hal yang tidak menyenangkan.
Strata
kesadaran manusia dalam Id
* alam sadar
* pra sadar
* alam tak sadar
2). Ego,
berfungsi merealisasikan kebutuhan- kebutuhan Id dengan jalan memilih bentuk-
bentuk pemuasan kenikmatan yang benar- benar ada dan tersedia dan caranya dapat
diterima dan sesuai norma- norma yang berlaku. Letak ego adalah di alam sadar
dan sebagian di alam tak sadar.
3). Superego,
yang merupakan pengembangan dari ego. Dalam superego terdapat prinsip ideal
yaitu perilaku manusia harus sesuai dengan norma.
Pandangan
tentang manusia oleh golongan humanistic antara lain dikemukakan oleh Rogers,
Adler serta doktrin agama. Rogers menyatakan bahwa manusia berkembang untuk
meraih kesempurnaan. Sedangkan Adler menyatakan bahwa manusia digerakkan oleh
kebutuhan. Kebutuhan tersebut membatasi untuk mencapai kesempurnaan.
Dari sisi
agama, manusia adalah ciptaan Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Sebagai
makhluk Tuhan maka segala tingkah lakunya harus sesuai dengan aturan dari
Tuhan, sesuai agama atau kepercayaan
masing- masing.
Dari pandangan
dasar negara kita, Pancasila, terdapat monodualistik; monopluralistik;
keselarasan, keserasian dan keseimbangan serta integralistik.
2.8 KEBUDAYAAN BANGSA TIMUR
Kepribadian
Bangsa Timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi
tinggi. Dan kita tinggal di Indoensia termasuk ke dalam Bangsa Timur, di dunia
Bangsa Timur dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Bangsa Timur
identik dengan benia asia yang penduduknya berkulit hitam, berkulit sawo matang
dan adapula yang berkulit putih dan mata sipit. Sebagian besar cara berpakaian
orang Timur lebih sopan dan tertutup mungkin karena kebanyakan orang timur
memeluk agama islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Namun
dizaman yang sekarang ini orang timur kebanyakan meniru kebiasaan orang arat.
Kebiasaan orang barat yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kebiasaan
orang Timur dapat memengaruhi kejiwaan orang Timur itu sendiri.
Pada umumnya kepribadian Bangsa Timur
adalah sangat terbuka dan toleran bangsa lain, tetapi selama masih sesuai
dengan norma, etika serta adat istiadat yang ada. Namaun walaupun kita sudah
tahu banyak tentang kehidupan Bangsa Timur kita tidak bisa selalu beranggapan
bahwa kepribadian Bangsa Timur lebih baik dari Bangsa Barat. Karena semua hal
pasti ada sisi positif dan negarifnya. Tidak ada didunia ini yang sepenuhnya
baik.
Contoh
kehidupan bangsa Timur yang masih dilestarikan
· Ramah Tamah
Ramah tamah
terhadap orang lain bahkan orang asing sekalipun. Bagaimana mereka saling
memberikan salam, tersenyum atau basabasi menawarkan makanan atau minuman.
Bangsa Timur sangat menjunjung tinggi nilai-nilai atau norma-norma yang tumbuh
dilingkungan masyarakat.
· Gotong Royong
Gotong royong
yang biasa dilakukan masyarakat saat hari libur untuk membersihkan solokan,
sampah, rumput-rumput atau membenarkan jalan yang rusak adalah salah satu yang
biasa Bangsa Timur lakukan hingga sekarang.
· Kesopanan
Salah satu
contoh sifat kesopanan dengan membungkukkan sedikit badan kedepan jika bertemu
orag yang lebih tua juga saah satu dominan dari kebudayaan Bangsa Timur.
2.9 PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Pengertian secara umum tentang budaya dapat beraneka macam.
Akan tetapi, berakhir pada intinya yang hanya satu yaitu cara hidup yang
dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat tertentu. Terbentuk dari banyak unsur
dan menyeluruh. Walaupun tidak ada aturan tertulisnya, budaya dapat bersifat
memaksa sekaligus memberikan pedoman untuk berperilaku supaya kehidupan lebih
bermartabat dan bersahaja.
Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa
manusia. Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan,
seni, adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu
mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya berwujud
abstrak.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN MENURUT PARA AHLI
Definisi mengenai kebudayaan juga dikemukakan oleh para ahli.
Mungkin bahasan dari pakar ini akan mampu membuat Anda lebih memahami arti dari
kebudayaan dengan lebih mudah.
1. KOENTJARANINGRAT
Menurut beliau, kebudayaan merupakan keseluruhan perilaku
dari manuasia dan hasil yang diperoleh melalui proses belajar dan segalanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
2. KI HAJAR DEWANTARA
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara didefinisikan sebagai
buah budi manusia, yang merupakan hasil dari dua pengaruh besar yaitu alam dan
kodrat masyarakat. Ini juga merupakan sebuah bukti kejayaan kehidupan manusia
untuk dapat mengatasi kesulitan di dalam hidupnya agar keselamatan dan
kebahagyaan bisa tercapai. Nantinya, sifat tertib dan damai juga akan terlahir
dari sini.
3. SOELAEMAN SOENARDI DAN SELO SOEMARDJAN
Menurut dua pakar tersebut kebudayaan merupakan semua hasil
karya, cipta, dan rasa dari masyarakat. Karya – karya tersebut menghasilakn
teknologi serta kebudayaan berwujud benda dan jasmaniah yang diperlukan oleh
umat manusia untuk dapat menguasai alam supaya hasilnya bisa digunakan untuk
diabdikan bagi keperluan masyarakat.
4. DR. MOHAMMAD HATTA
Menurut beliau, pengertian kebudayaan adalah ciptaan hidup
dari suatu bangsa.
5. PARSUDI SUPARLAN
Definisi kebudayaan adalah semua pengetahuan manusia yang
merupakan makhluk sosial yang dipakai untuk dapat memahami dan sebagai
interpretasi dari lingkungan dan pengalamannya. Kebudayaan juga dipakai untuk
andasan dalam bertingkah laku.
2.10 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 7 unsur budaya :
1. Bahasa
Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen
kebudayaan dan sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia
untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan.
Bentuk bahasa ada dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi
alam sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. Sistem
pengetahuan meliputi flora dan fauna, ruang pengetahuan tentang alam sekitar,
waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta
tubuh manusia.
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang
anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi
sosial meliputi kekerabatan, asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan
hidup, dan perkumpulan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua
teknik yang dimiliki oleh para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi
cara bertindak dan berbuat dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah.
Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja,
penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya
yang berupa material.
Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik
yang meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian,
perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya
manusia untuk medapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan.
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi
berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan
perdagangan.
6. Sistem Religi
Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang
terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal
yang suci dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan pikiran.
Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai,
pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.
7. Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala
hasrat manusia terhadap keindahan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka
ragam itu muncul dari sebuah permainan imajinatif dan kreatif.
Hal itu dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Secara
garis besar, kita dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu
seni rupa, seni suara dan seni tari.
2.11 ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kluckhohn dalam Pelly
(1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas
yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar
warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem
nilai ini mendorong
individu untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka
percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman
yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap
kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly
(1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Masalah pertama, yaitu
mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi
oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh
karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu
guna mendapatkan nirwana, dan
mengenyampingkan segala tindakan
yang dapat menambah rangkaian
hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti
ini sangat mempengaruhi
wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan.
Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep
– konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan
mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam
kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk
kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja
keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status,
jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada
budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini
sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat
kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi
perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia
terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan
manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari
harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap
pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam
banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara
bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan
hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan
hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat
eligaterian.
2.12 PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan
yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi
kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah,
sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai
hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang
hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia
terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
1. Sebab-sebab yang
berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
2. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang
hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu
yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses
akulturasi. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok-kelompok
individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya
suatu unsur kebudayaan baru diantaranya
1. Terbatasnya
masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan
hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh
nilai-nilai agama dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang
ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu
oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3. Corak struktur
sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
4. Suatu unsur
kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang
menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang
baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan
kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
2.13 KEBUDAYAAN BANGSA TIMUR
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik,
dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan
makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap
kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang
selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain
sebagainya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu
tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak
bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat
kita lihat adalah hubungan antara
manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya
peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang
membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dan juga
misalnya saya orang betawi walaupun saya lahir di Bali tetapi tetap saja saya
orang betawai ngikutin abah dan emak saya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu
merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari.
Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap
pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan
sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga
tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai
pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan
Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam
sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis.
Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut
disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam
tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini
disebut sebagai aufgehoben.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi
Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran Dalam sistem
filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis.
Di dalam sintesis baik tesis maupun
antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata
Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat,
menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang
lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi,
dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang
saling mengucilkan.
3 Tahap Proses Dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi,
yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu
proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang
terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat
dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku
manusia.
3. Intemalisasi,
yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa
manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
.baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu Budaya
Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan
budaya, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah
dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam
Pengetahuan Budaya.
Kebudayaan
adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dan budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan
ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari
kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh
Yang Maha Kuasa.