MASALAH SOSIAL YANG ADA DALAM MASYARAKAT
UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN
UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Softskill
Ilmu Sosial Dasar
Oleh:
Agyl Sheva Nurakhmanda
50419305
50419305
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT. Hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “ Faktor Penyebab Kemiskinan dan Mekanisme
Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia “ dalam penyusunan makalah ini, kami
mencari dari media yang terkait dengan tugas makalah yang telah di berikan.
Selain media kami juga mencari informasi dengan melakukan wawancara dengan
narasumber terkait dengan judul makalah ini.
Makalah ini belum seutuhnya sempurna, masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalamnya. Maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca, karena dengan adanya kritikan dan saran dari pembaca itu sangat
membantu kami dalam hal penyusunan serta wawasan pengetahuan.
Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
penulisan ini selesai.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Pembahasan
BAB II Pembahasan
a. Pengertian Kemiskinan 3
b. Mengukur Kemiskinan
c. Penyebab Kemiskinan
d. Kemiskinan Di Indonesia
e. Prioritas Untuk Pengentasan Kemiskinan
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak
dulu hingga sekarang apalagi sejak terhempas dengan pukulan krisis ekonomi dan
moneter yang terjadi sejak tahun 1997. Kemiskinan sering kali dipahami sebagai
gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan
gejala yang bersifat komplek dan multidimensi. Rendahnya tingkat kehidupan yang
sering sebagai alat ukur kemiskinan pada hakekatnya merupakan salah satu mata
rantai dari munculnya lingkaran kemiskinan.
Sejak tahun 2002, sebuah tim yang terdiri dari para analis
Indonesia dan manca negara, dibawah naungan Program Analisa Kemiskinan di
Indonesia (INDOPOV) di kantor Bank Dunia Jakarta, telah mempelajari
karakteristik kemiskinan di Indonesia. Mereka telah berusaha untuk
mengidentifikasikan apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat dalam upaya
pengentasan kemiskinan, dan untuk memperjelas
pilihan-pilihan apa saja yang tersedia untuk Pemerintah dan lembaga- lembaga
non-pemerintah dalam upaya mereka untuk memperbaiki standar dan kualitas
kehidupan masyarakat miskin
Makalah mencoba untuk menganalisa sifat multi-dimensi dari
kemiskinan di Indonesia pada saat ini melalui pandangan baru yang didasarkan
pada perubahan-perubahan penting yang terjadi di negeri ini selama satu dekade
terakhir. Sebelum ini, Bank Dunia telah menyusun Kajian-Kajian Kemiskinan,
yaitu pada tahun 1993 dan 2001, namun kajian-kajian tersebut tidak membahas
masalah kemiskinan secara mendalam. Kajian ini memaparkan kekayaaan pengetahuan
yang dimiliki oleh Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia dan penulis berharap
bahwa kajian ini akan menjadi sumbangan penting untuk menghangatkan diskusi
kebijakan yang ada dan, pada akhirnya akan membawa perubahan dalam penyusunan
kebijakan dan pelaksanaan upaya-upaya pengentasan kemiskinan.
Indonesia yang sekarang tentu saja sangat berbeda dari
Indonesia satu dekade yang lalu. Maka bukan hal yang mengejutkan apabila
strategi-strategi pengentasan kemiskinan telah berubah seiring dengan perubahan
yang telah dialami oleh Indonesia oleh karena itu dibuatlah makalah yang
berjudul “Pengentasan Kemiskinan” dan penulis sangat berharap bahwa kajian
kemiskinan ini dapat menjadi sumbangan berarti dalam menghadapi berbagai
tantangan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang:
1.
Apa
pengertian kemiskinan?
2.
Bagaimana
cara mengukur kemiskinan?
3.
Apa
saja penyebab kemiskinan?
4.
Bagaimana
keadaan kemiskinan di Indonesia?
5.
Apa
saja yang harus diprioritaskan dalam pengentasan kemiskinan?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian kemiskinan
2. Mengetahui cara mengukur kemiskinan
3. Mengetahui penyebab kemiskinan
4. Mengetahui keadaan kemiskinan di Indonesia
5. Mengetahui apa saja yang harus diprioritaskan dalam
pengentasan kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan
Menurut wikipedia Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air
minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang
juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu
mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai
warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan. Istilah “negara berkembang” biasanya digunakan untuk
merujuk kepada negara-negara yang “miskin”.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya
mencakup:
· Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
· Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
· Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Sedangkan Kepala Badan Pusat Statistik , Rusman Heriawan
mengatakan seseorang dianggap miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan
hidup minimal. Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi
makanan dalam takaran 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan minimal
non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan transportasi. “Jadi
ada kebutuhan makanan dalam kalori dan kebutuhan non makanan dalam rupiah.
Kalau rupiahnya yang terakhir adalah Rp 182.636 per orang per bulan,” kata
Rusman Heriawan kepada BBC. Dengan definisi itu, jumlah penduduk miskin di
Indonesia tahun 2008 mencapai sekitar 35.000.000 jiwa.
Angka itu merupakan hasil survei sosial ekonomi nasional,
Susenas dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah tangga di
Indonesia mencapai 55.000.000. Menurut ahli statistik dari Institut Teknologi
Surabaya, Kresnayana Yahya, cara pandang pemerintah terhadap kemiskinan tidak
mencerminkan realitas.
“Ada yang tidak diperhitungkan, perusak-perusak kalori.
Orang merokok bisa enam sampai tujuh batang. Itu sebenarnya negatif. Dia bisa
mengatakan belanjanya sekian, tetapi di dalamnya ada enam-tujuh batang rokok,”
kata Kresnayana Yahya.
B. Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori ,
yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup
menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai
hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001
1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari.”Proporsi penduduk negara berkembang
yang hidup dalam kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21%
pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang
hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia
bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di
negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang
berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat
dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang
miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin.
Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
C. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
· penyebab individual, atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin;
· penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga;
· penyebab sub-budaya (“subcultural”), yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam
lingkungan sekitar;
· penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat
dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
· penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran
adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera
terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu,
orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal
melewati atas garis
kemiskinan.
D. Kemiskinan Di Indonesia
Pengentasan kemiskinan tetap merupakan salah satu masalah
yang paling mendesak di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup dengan
penghasilan kurang dari AS$2-per hari hampir sama dengan jumlah total penduduk
yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2- per hari dari semua negara di
kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009
yang disusun berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Di
samping turut menandatangani Tujuan Pembangunan Milenium (atau Millennium
Development Goals) untuk tahun 2015, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun
tujuan-tujuan pokok dalam pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk
target ambisius untuk mengurangi angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun
2002 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009. Walaupun angka kemiskinan nasional
mendekati kondisi sebelum krisis, hal ini tetap berarti bahwa sekitar 40 juta
orang saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Lagi pula, walaupun Indonesia
sekarang merupakan negara berpenghasilan menengah, proporsi penduduk yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari sama dengan negara-negara
berpenghasilan rendah di kawasan ini, misalnya Vietnam.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia.
Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional,
yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun
tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran
kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga
tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak
orang yang mungkin tidak tergolong (miskin dari segi pendapatan) dapat
dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan
dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia. Ketiga,
mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan
antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.
1. Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan.
Angka kemiskinan nasional sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di
atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat
2. Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang
lebih serius dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang
khusus yang patut diwaspadai adalah:
· Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan
meningkat pada tahun-tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun
menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama dalam
tahun- tahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.
· Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan
negara-negara di kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307
(untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan enam
kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan dibantu
oleh bidan terlatih.
· Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah
dasar ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di
antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55 persen yang
lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor
yang sama.
· Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara
penduduk miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki
akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78 persen.
· Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting.
Delapan puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin
di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik, sementara itu hanya
kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh
saluran pembuangan kotoran berpipa.
3. Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan.
Keragaman antar daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan
dengan adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan,
terdapat sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali
tidak memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50
persen masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air
bersih, dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan.
Tetapi yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas,
akan ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu
sendiri.
E. Prioritias Untuk Pengentasan Kemiskinan
Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia
terdiri dari tiga komponen:
·
Membuat
Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
·
Membuat
Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
·
Membuat
Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
Sebagai kesimpulan, masalah kemiskinan Indonesia yang terus
ada dan bersifat khas, digabung dengan prioritas pemerintah dan kemampuan
fiskal untuk menanganinya, Indonesia saat ini berada dalam posisi untuk meraih
kemajuan yang berarti dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Pertanyaannya
adalah: dari mana semua harus dimulai? Berbagai tindakan
diperlukan di beberapa bidang untuk menangani empat butir
penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu:
1.
mengurangi
kemiskinan dari segi pendapatan melalui pertumbuhan
2.
memperkuat
kemampuan sumber daya manusia
3.
mengurangi
tingkat kerentanan dan risiko di antara rumah tangga miskin.
4.
memperkuat
kerangka kelembagaan untuk melakukannya dan membuat kebijakan publik lebih
memihak masyarakat miskin.
Mengingat ke-empat butir tersebut di atas, maka ada 16
tindakan berikut merupakan prioritas untuk dilakukan dengan segera. Ke 16
tindakan itu yaitu:
1) Hapuskan larangan impor beras.
2) Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus pada
perbaikan akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan
bagi masyarakat miskin, sambil terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah
dasar.
3) Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada
perbaikan mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses
yang lebih baik ke layanan kesehatan.
4) Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka
kematian ibu yang sangat tinggi di Indonesia.
5) Perbaiki mutu air bagi masyarakat miskin dengan
menggunakan strategi berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan.
6) Tangani krisis sanitasi yang dihadapi Indonesia dan
masyarakat miskinnya.
7) Luncurkan program berskala besar untuk melakukan
investasi pembangunan jalan desa.
8) Perluas (sampai tingkat nasional) pendekatan pembangunan
berbasis masyarakat (CDD) Indonesia yang sukses.
9) Pengembangan secara utuh sistem jaminan sosial
komprehensif yang mampu menangani risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh
masyarakat miskin dan hampir miskin.
10) Revitalisasi pertanian melalui investasi di bidang
infrastruktur dan membangun kembali riset dan penyuluhan.
11) Memperlancar sertifikasi tanah dan memanfaatkan kembali
tanah gundul dan tidak subur untuk penggunaan yang produktif.
12) Membuat peraturan ketenagakerjaan yang lebih fleksibel.
13) Perluas jangkauan layanan keuangan bagi masyarakat
miskin dan tingkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pinjaman komersial.
14) Perbaiki fokus kepada kemiskinan dalam perencanaan dan
penganggaran di tingkat nasional untuk penyediaan layanan.
15) Jalankan program pengembangan kapasitas untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan, menganggarkan dan
melaksanakan program pengentasan kemiskinan.
16) Perkuat monitoring dan kajian terhadap program
kemiskinan.
BAB III
KESIMPULAN
Masalah kemiskinan di manapun adalah masalah yang sangat
sulit untuk diselesaikan. Berikut ada 16 cara yang dapat dilakukan untuk
mengentasakan kemiskinan tersebut yaitu:
1) Hapuskan larangan impor beras.
2) Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus pada
perbaikan akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan
bagi masyarakat miskin, sambil terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah
dasar.
3) Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada
perbaikan mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses
yang lebih baik ke layanan kesehatan.
4) Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka
kematian ibu yang sangat tinggi di Indonesia.
5) Perbaiki mutu air bagi masyarakat miskin dengan
menggunakan strategi berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan.
6) Tangani krisis sanitasi yang dihadapi Indonesia dan
masyarakat miskinnya.
7) Luncurkan program berskala besar untuk melakukan
investasi pembangunan jalan desa.
8) Perluas (sampai tingkat nasional) pendekatan pembangunan
berbasis masyarakat (CDD) Indonesia yang sukses.
9) Pengembangan secara utuh sistem jaminan sosial
komprehensif yang mampu menangani risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh
masyarakat miskin dan hampir miskin.
10) Revitalisasi pertanian melalui investasi di bidang
infrastruktur dan membangun kembali riset dan penyuluhan.
11) Memperlancar sertifikasi tanah dan memanfaatkan kembali
tanah gundul dan tidak subur untuk penggunaan yang produktif.
12) Membuat peraturan ketenagakerjaan yang lebih fleksibel.
13) Perluas jangkauan layanan keuangan bagi masyarakat
miskin dan tingkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pinjaman komersial.
14) Perbaiki fokus kepada kemiskinan dalam perencanaan dan
penganggaran di tingkat nasional untuk penyediaan layanan.
15) Jalankan program pengembangan kapasitas untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan, menganggarkan dan
melaksanakan program pengentasan kemiskinan.
16) Perkuat monitoring dan kajian terhadap program
kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kabarindonesia.com/